Sabtu, 27 Februari 2010

Gunungan Grebeg Syawal Diserbu Warga Yogyakarta

Keraton Gelar Kirab Gunungan Grebeg Maulud

Warga masih percaya bahwa gunungan itu membawa berkah.

Jum'at, 26 Februari 2010
Ita Lismawati F. Malau



VIVAnews - Bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Jumat 26 Februari 2010, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar kirap Gunungan Grebeg Maulud dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Gedhe atau Masjid Agung Kauman, melewat Alun-alun Utara Kota Yogyakarta.

Meski kirap Gunungan Grebeg Maulud ini digelar setiap tahun, namun tetap saja menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Bahkan ritual budaya ini juga mendapatkan perhatian yang cukup banyak dari para wisatawan yang ingin melihat kirap Gunungan Grebed Maulud serta mengabadikannya.

Ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya serta wisatawan mancanegara sejak pagi sudah mulai memadati alun-alun utara. Dengan berdesak desakan ribuan pasang mata ini melihat kirab gunungan Grebeg Maulud yang mulai bergerak dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Alun-Alun Utara dan berakhir di Masjid Gedhe untuk didoakan oleh penghulu keraton yang selanjutnya Gunungan Grebeg Maulud itu diperebutkan oleh masyarakat.

Jalannya prosesi upacara tradisional Grebeg Maulud diawali dengan iring-iringan Gunungan Lanang, Wadon, Gepak, Pawuhan dan Dharat serta Gunungan Bromo yang dikeluarkan dari dalam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat melewati Siti Hinggil, Pagelaran, Alun-Alun Utara hingga berakhir di halaman masjid Gede Kauman Yogyakarta.

Khusus upacara tradisional Gregeg Maulud tahun ini Gunungan yang dikirap ditambah satu Gunungan yang diberi nama Gunungan Bromo karena bertepatan dengan tahun Dal (tahun dalam kalender jawa).

Setelah didoakan oleh Penghulu Keraton di Masjid Gedhe, Gunungan akan ditarik kembali ke Keraton untuk diperebutkan Abdi Dalem. Selain itu, dalam kirab Grebeg Maulud, juga ditampilkan gajah-gajah yang dinaiki oleh pawang-pawangnya sebanyak 8 ekor mengiringi jalannya kirab Gunungan dari Keraton menuju Masjid Gedhe.

Gunungan yang dibuat dari bahan makanan seperti sayur-sayuran, kacang, cabai merah, ubi dan beberapa pelengkap yang terbuat dari ketan dan dibentuk menyerupai gunung, yang melambangkan kemakmuran dan kekayaan tanah Keraton Mataram.

Mereka yang memperoleh bagian dari Gunungan tersebut masih mempercayai bahwa sedekah Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X tersebut akan membawa berkah bagi kehidupan mereka.

Didit salah satu warga Notoprajan, Ngampilan, Kota Yogyakarta menyatakan dirinya selalu menyempatkan untuk melihat upacara tradisonal kirab Gunungan Grebeg Maulud yang digelar setahun sekali ini.

“Saya jarang melewatkan setiap upacara kirab Gunungan yang dilaksanakan oleh keraton Yogyakarta,” katanya.

Didit mangaku masih mempercayai bila berebut gunungan akan menjadi berkah tersendiri bagi dirinya dan keluarganya.

http://nasional.vivanews.com/news/read/132450-keraton_gelar_kirab_gunungan_grebeg_maulud